Rabu, Oktober 24, 2007

SBY Sebut Lampu Kuning : Antisipasi Gejolak Minyak, Pemerintah Yakin Aman

[Indo Pos] - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yakin perekonomian Indonesia aman meski terjadi gejolak perekonomian global akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat dan naiknya harga minyak internasional. "Pemerintah telah melakukan antisipasi. Kami terus mengelola semuanya dengan opsi-opsi dan kebijakan yang kita kembangkan. Nanti gejolak (perekonomian global) itu tidak akan sangat mengganggu perekonomian kita," tegas Presiden SBY ketika membuka Pameran Produk Ekspor 2007 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Utara, kemarin.

Hadir pada kesempatan itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Men Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, dan Menhub Jusman Syafii Djamal. Menteri lain juga hadir, yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, Menteri Pariwisata Jero Wacik, dan Ketua DPR Agung Laksono.

Presiden mengakui, sentimen-sentimen negatif perekonomian global tersebut akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Selanjutnya, kondisi itu berpengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Pengamat menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang 5,2 persen tahun ini bisa jadi hanya tercapai 4,8 persen. Ada semacam perlambatan ekonomi global karena gejolak keuangan global dan meningkatkan harga minyak dunia yang tembus USD 90 per barel," paparnya.

"Meskipun ICP (Indonesian Crude Price -harga minyak mentah Indonesia, Red) kita masih lebih rendah, sentimen negatif ini memberikan lampu kuning kepada seluruh dunia, not only Indonesia," tegas SBY. Presiden menambahkan, dampak langsung terhadap ekonomi Indonesia adalah ancaman peningkatan laju inflasi, perubahan pada neraca pembayaran, serta stabilitas APBN yang masih menerapkan sistem subsidi.

Dampak tak langsung bagi perekonomian Indonesia, terang SBY, adalah meningkatnya persaingan menarik investasi maupun merebut pasar ekspor yang menyempit akibat pembatasan konsumsi. Meski demikian, SBY menjanjikan pemerintah akan melakukan langkah antisipasi agar gejolak itu tidak terlalu mengganggu perekonomian domestik.

"Masyarakat harap tetap tenang. Dunia usaha teruslah menjalankan usaha. Dengan keadaan seperti ini, saya mengajak pemerintah pusat bekerja keras. Pemda dan dunia usaha bergandengan tangan untuk menghadapi masalah yang muncul ini secara bersama-sama," tuturnya. Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat adalah menghemat energi dengan diversifikasi energi dan budaya hemat energi. Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla meminta Pertamina mempercepat konversi minyak tanah ke gas dari 2012 menjadi 2010. Program tersebut diyakini mampu menghemat subsidi BBM Rp 30 triliun per tahun.

Secara terpisah, Menko Perekonomian Boediono memastikan tidak ada revisi APBN-P 2007 terkait kenaikan harga minyak dunia yang melampaui USD 90 per barel. "APBN kita waspadai. Tapi, APBN kita adalah APBN yang solid. Jadi, kalau ada penyesuaian, ya nanti pada waktunya. Sementara ini kita pegang apa yang ada," katanya.

Untuk mengatasi gejolak harga minyak dunia, Boediono menegaskan, pemerintah tidak akan mengubah kebijakan ekonomi. "Kita wajar-wajar saja karena apa yang dilakukan APBN, kebijakan moneter, perbaikan iklim investasi, sudah on the right track. Kita hanya akan perbaiki pelaksanaannya," jelasnya. Boediono justru yakin lonjakan harga minyak bumi, lanjut dia, akan positif terhadap kinerja ekspor, karena harga produk ekspor terdorong naik.

"Harga komoditas akan bagus walaupun ada pengaruhnya ke ekonomi global seperti PDB-nya. Tapi, kita sebagai eksporter barang-barang itu mungkin masih bisa mendapatkan manfaat yang cukup baik," jelasnya. Boediono berharap produksi minyak dalam negeri bertambah setelah operasionalisasi Blok Cepu tahun depan. "Insya Allah kalau ada aliran Cepu sudah masuk menjelang akhir tahun itu sudah baik. Produksinya bisa di atas 150 ribu barel per hari pada puncaknya," tambahnya.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menegaskan, kenaikan harga minyak dunia tidak akan berujung pada kenaikan harga bahan bakar minyak. Pasalnya, pemerintah telah berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga bahan bakar minyak hingga 2009. (Rabu : 24/10/2007)