Senin, Oktober 22, 2007

Pemerintah Terkesan Meremehkan Kenaikan Harga Minyak

[Indonesia Care Group] - Pernyataan-pernyataan pemerintah, baik Wapres Jusuf Kalla maupun Menko Perekonomian Boediono terkesan meremehkan dampak kenaikan harga minyak.Seharusnya pemerintah tidak boleh meremehkan dampak kenaikan harga minyak dunia, namun sebaliknya harus mempersiapkan langkah-langkah antisipasi yang matang.

Dampak fiskal kenaikan harga minyak pada jangka pendek, mungkin saja bisa dikendalikan, apalagi penerimaan fiskal memang meningkat. Namun jangan lupa, subsidi minyak juga bertambah. Artinya, kalkulasinya tetap fifty-fifty, bisa positif bisa pula negatif, semuanya tergantung dari kemampuan meningkatkan produksi dalam negeri.

Jika produksi minyak mentah bisa dipacu tentu akan menolong penerimaan APBN. Sayangnya kenaikan produksi tampaknya sulit dipacu bahkan kurang dari 1 juta barrel per hari. Sementara subsidi tetap harus digelontorkan. Jika harga minyak bisa menembus angka 100 dolar AS per barel dan berlangsung lama di tahun 2008, bisa ditebak bahwa kita bakal kelabakan.

Bukan itu saja, kenaikan harga minyak juga akan meningkatkan harga-harga di pasar global, akibatnya tentu inflasi. Inflasi pasti akan di respon oleh bank-bank di negara maju untuk meningkatkan suku bunga. Contoh paling terang-benderang adalah pasar modal yang dampak jangka pendeknya terlihat paling sensitive akibat situasi seperti ini.

Oleh sebab itu, mestinya pemerintah tidak meremehkan situasi global seperti ini. Akan lebih bijaksana jika menteri-menteri ekonomi terkait segera mengambil langkah-langkah antisipasi kalau-kalu terjadi dampak buruk atas kenaikan harga minyak. Syukur-syukur bisa mendeteksi lebih dini untuk mencegah hadirnya dampak buruk situasi global ini. (*)